BANDA ACEH – Ratusan warga berkumpul di depan gerbang belakang Meuligoe Gubernur Aceh, Kota Banda Aceh, pada Kamis siang, 5 Juni 2025. Mereka menuntut bantuan uang meugang menjelang perayaan Idul Adha.
Massa yang semula berlangsung damai berubah menjadi anarkis ketika mereka menjebol gerbang Meuligoe untuk memaksa masuk ke dalam kompleks rumah dinas gubernur tersebut.
Setelah situasi memanas, akhirnya para para warga diizinkan masuk ke area Meuligoe, dan perwakilan tim Gubernur Aceh menyerahkan bantuan uang kepada mereka.
Menanggapi peristiwa tersebut, Ketua Gen Z Mualem, Muyashir Asriyan Haikal, menyayangkan tindakan anarkis yang dilakukan massa. Ia menegaskan bantuan meugang bukanlah kewajiban resmi gubernur, melainkan bentuk kepedulian pribadi yang selama ini telah dijalankan dengan tulus.
“Meuligoe itu bukan kantor Dinas Sosial. Jangan salah tempat dan jangan salah paham. Apa yang selama ini dilakukan oleh Mualem, membantu rakyat dengan uang pribadinya, itu wujud empati, bukan kewajiban,” tegas Haikal, Kamis (5/6/2025).
Ia juga menuturkan, beberapa hari lalu, Gubernur Mualem telah menyalurkan bantuan kepada 3.000 anak yatim di Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Barat Daya. Bantuan tersebut diberikan secara langsung.
“Kalau pun Mualem tidak memberi uang meugang secara langsung kepada massa yang datang, bukan berarti beliau abai. Jangan jadikan kebaikan sebagai sesuatu yang ditagih. Beliau sudah melakukan banyak hal dengan niat ikhlas,” ujarnya.
Haikal juga menyebut, selama masa kepemimpinannya, Mualem lebih fokus pada upaya jangka panjang dalam menanggulangi kemiskinan dan memperkuat ekonomi rakyat. Bantuan langsung hanyalah bagian kecil dari perhatian besar terhadap masa depan Aceh
“Sebagai Gubernur, beliau juga berpikir jangka panjang. Program-program yang diluncurkan menyasar akar persoalan kemiskinan,” tambahnya.
Terkait aksi ricuh di Meuligoe, Haikal menilai tindakan menjebol gerbang sebagai perbuatan tidak pantas dan melampaui batas kewajaran dalam menyampaikan tuntutan.
“Saya berharap masyarakat bersikap dewasa. Menuntut dengan cara merusak dan memaksa justru merugikan martabat kita sendiri. Ini sudah anak muda yang menjelaskan etika kepada yang lebih tua,” tutupnya.[]
Komentar