Oleh : Muhammad Khairil Saddam
ASNAPOST.COM – Pada 17 Juni 2025, rakyat Aceh merayakan kemenangan bersejarah dengan pengembalian empat pulau—Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek—ke wilayah administratif Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Singkil. Keputusan Presiden Prabowo Subianto ini tidak hanya memulihkan hak administratif Aceh, tetapi juga meneguhkan marwah dan harga diri rakyat Aceh. Di balik kemenangan ini, sosok Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem, muncul sebagai pahlawan yang tak kenal lelah memperjuangkan keadilan bagi rakyatnya. Perjuangannya, yang kini beralih dari medan perang ke meja perundingan, adalah cerminan dedikasi sejati untuk Aceh.
Mualem bukanlah nama asing dalam sejarah Aceh. Sebagai mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ia telah mengorbankan jiwa dan raga di medan perang demi mempertahankan identitas dan martabat rakyat Aceh. Konflik bersenjata yang membentang selama puluhan tahun meninggalkan luka mendalam, namun juga menghasilkan semangat juang yang tak pernah padam. Ketika perdamaian Aceh ditandatangani melalui MoU Helsinki pada 2005, Mualem menunjukkan bahwa perjuangan tidak berhenti di medan tempur. Ia membawa semangat tersebut ke ranah politik dan pemerintahan, membuktikan bahwa pena dan diplomasi bisa sama kuatnya dengan senjata.
Sengketa empat pulau ini bermula dari Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 300.2.2-2138 Tahun 2025, yang menetapkan pulau-pulau tersebut sebagai bagian dari Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Keputusan ini bukan sekadar masalah batas administratif, tetapi pukulan terhadap identitas dan sejarah Aceh. Pulau-pulau tersebut, sebagaimana dibuktikan oleh dokumen historis seperti Peta Topografi TNI AD Tahun 1978, adalah bagian tak terpisahkan dari Aceh Singkil. Pencaplokan ini memicu kemarahan rakyat Aceh, yang melihatnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan panjang mereka.
Di tengah gejolak tersebut, Mualem tampil sebagai sosok yang tegas dan visioner. Dengan pengalaman sebagai pejuang dan pemimpin, ia memahami bahwa sengketa ini bukan hanya soal wilayah, tetapi juga tentang harga diri rakyat Aceh yang telah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Mualem tidak hanya menyuarakan aspirasi rakyatnya, tetapi juga bergerak cepat dengan melobi pemerintah pusat, termasuk langsung kepada Presiden Prabowo. Upayanya yang gigih, didukung oleh komunikasi strategis dan pendekatan diplomatik, berhasil meyakinkan pemerintah pusat untuk mengembalikan keempat pulau ke Aceh. Ini adalah bukti bahwa Mualem tidak hanya pejuang di masa lalu, tetapi juga negarawan yang mampu memperjuangkan kepentingan rakyatnya di meja perundingan.
Dedikasi Mualem dalam sengketa ini juga mencerminkan semangat perdamaian Aceh. MoU Helsinki bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab untuk membangun Aceh yang bermartabat dalam bingkai NKRI. Dengan mempertahankan keempat pulau ini, Mualem menunjukkan bahwa perdamaian tidak berarti menyerah pada ketidakadilan. Sebaliknya, ia memperjuangkan hak-hak Aceh dengan cara yang konstruktif, menjaga harmoni nasional sambil memastikan identitas Aceh tetap utuh.
Perjuangan Mualem juga tidak lepas dari dukungan luas masyarakat Aceh, termasuk mahasiswa, organisasi kepemudaan, dan LSM, yang turut menyuarakan penolakan terhadap pencaplokan pulau-pulau tersebut. Namun, peran Mualem sebagai katalis utama dalam menyatukan aspirasi rakyat dan membawanya ke meja perundingan patut mendapat penghormatan. Ia telah menunjukkan bahwa seorang pemimpin sejati adalah mereka yang mampu beradaptasi dari medan perang ke arena diplomasi tanpa kehilangan semangat juang.
Keputusan pengembalian keempat pulau ini, yang diumumkan pada 16 Juni 2025, adalah kemenangan bagi seluruh rakyat Aceh. Namun, kemenangan ini juga milik Mualem, yang dengan keteguhan dan kebijaksanaan telah membuktikan bahwa perjuangan untuk Aceh tidak pernah berhenti. Dari medan perang ke meja perundingan, dedikasi Mualem adalah inspirasi bagi generasi Aceh masa kini dan mendatang. Marwah Aceh telah dipulihkan, dan ini adalah bukti bahwa perjuangan yang tulus akan selalu membuahkan hasil.
Penulis:
Muhammad Khairil Saddam
Wakil Ketua JASA Daerah III Tgk. Chik Paya Bakong, Wilayah Samudera Pase
Komentar